Assalamu’alaikum. Aku mau cerita nih, tapi sebelumnya mohon maaf kalau ada salah kata dan typo. Kudus, siapa sih yang nggak kenal Kudus ? Ya, Kudus adalah sebuah kota kecil yang berada di sebelah timur Kota Semarang (Ibukota provinsi Jawa Tengah). Memang, banyak yang tidak tau Kudus. Mungkin juga ketidaktahuan itu terjadi karena belum pernah menginjakkan kaki di kota Kudus. Tapi banyak juga yang tau Kudus, terutama bagi para penikmat kretek. Ya, begitulah Kudus terkenal sebagai kota penghasil kretek terbesar di Indonesia hingga di buatlah sebuah museum kretek di kota Kudus. Selain mendapat julukan sebagai kota kretek, kota santri juga menjadi julukan lain dari Kudus. Julukan-julukan itu tidak terlepas dari sejarah panjang berdirinya kota Kudus itu sendiri.
Jauh sebelum berganti nama menjadi Kudus, ada sebuah kota kecil yang berada di pulau muria. Jadi, dulu daratan pulau muria dan pula jawa terpisah oleh sebuah selat yang dinamakan selat muria. Selat muria merupakan sebuah laut purba yang hilang karena sedimentasi sekitar abad ke-15 M atau akhir dari kesultanan Demak. Kembali lagi ke pulau muria, sebuah kota kecil itu diberi nama Tajug. Diberi nama Tajug karena mayoritas penduduknya waktu itu bermatapencaharian sebagai seorang pembuat Tajug. Tajug adalah sebuah atap berbentuk limas segi empat yang biasanya digunakan sebagai atap tempat ibadah baik itu pura maupun masjid jawa kuno. Struktur atap tajug ini masih bisa kita lihat di struktur atap masjid agung demak dan atap menara kudus. Kota Tajug berada di bawah kekuasaan dan pengaruh dari kearajaan majapahit sehingga mayoritas penduduk kota Tajug merupakan penganut Hindhu.
Sunan Kudus bernama asli Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan lahir di Palestina sekitar tahun 1500 an. Sunan Kudus datang ke Kota Tajug dan mengganti namanya menjadi al quds/Kudus yang artinya suci. Awalnya lokasi awal pemberian nama ini berada di sekitar sungai gelis. Setelah itu, Sunan Kudus pergi memimpin jama’ah haji sehingga di sebut Amir Haji. Sunan Kudus, menetap beberapa saat di Palestina. Dan ketika terjadi wabah penyakit di sana, Sunan Kudus berhasil menumpas wabah itu sehingga dia diberikan ijazah wilayah di Palestina. Atas rayuan Sunan Kudus, akhirnya ijazah wilayah itu dipindah ke tanah jawa dan tertulis di atas mihrab masjid menara kudus. Hari jadi kota Kudus di tetapkan pada tanggal 23 September 1549 M dan diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) No. 11 tahun 1990 tentang hari jadi kota Kudus yang diterbitkan pada tanggal 6 Juli 1990 yaitu pada era bupati Kolonel Soedarsono.
Dahulu Kudus pernah terbagi menjadi 2 yaitu Kudus Wetan dan Kudus Kulon. Antara Kudus Wetan dan Kudus Kulon dibatasi oleh sebuah sungai yang memisahkan Kudus yaitu sungai gelis atau kali gelis. Sungai ini berada tepat di tengah-tengah kota Kudus. Pembagian Kudus menjadi 2 terjadi saat Belanda menduduki Kudus. Ini adalah salah satu bentuk politik devide et impera yang dijalankan oleh Belanda untuk memecah belah Kudus sehingga dengan mudah di kuasai. Pemisahan Kudus ini juga berdampak pada hasil budaya yang berbeda.
Kudus Kulon terkenal dengan sebutan kota santri karena disini tempat Sunan Kudus menyebarkan agama islam. Di Kudus Kulon juga meruapak tempat akulturasi budaya Islam dengan Hindhu. Keislamaan di Kudus Kulon sangat kental hingga merasuk ke segala sendi kehidupan sehingga hasil budaya yang dihasilkan lebih banyak yang bercorak keislaman. Dan yang kedua adalah Kudus Wetan, Kudus Wetan terkenal dengan sebutan masyarakat abangan. Budaya islam di Kudus Wetan tidak seintens ketika berada di Kudus Kulon. Hal ini tidak terlepas dari masayarakat Kudus Wetan yang merupakan golongan bangsawan dan priyayi. Selain itu, di Kudus Wetan Belanda menanamkan pengaruhnya dan lebih mengistemewakan masyarakat Kudus Wetan untuk bekerja di pemerintahan maupun pabrik-pabrik milik Belanda mulai dari pejabat setingkta adipati ke bawah, karyawan di Suikerfabriek atau pabrik gula rendeng dan lain sebagainya.
Pembagian kudus ini di dasari oleh kekesalan Belanda ketika berkunjung ke Kudus Kulon. Belanda yang sering menggunakan kereta kuda dalam berpergian ketika sampai di Kudus Kulon keretanya nggak bisa lewat karena jalanan di Kudus Kulon di buat sempit begitu juga tembok rumah disana yang dibuat tinggi-tinggi atau di kilung. Selain itu, toples makanan di Kudus Kulon juga dibuat sempit dan hanya bisa dimasuki oleh dua jari saja. Maka, lengkaplah sudah sebutan pelit terlontar oleh orang Belanda terhadap masyarakat Kudus Kulon.
Hal ini berbanding terbalik dengan Kudus Wetan, yang mana di Kudus Wetan sangat jauh dari kesan santri. Masyarakatnya merupakan masayarakat abangan. Budaya judi, mabuk, sabung ayam lestari di Kudus Wetan. Hal ini tidak terlepas dari Kudus Wetan yang merupakan pusat pemerintahan kota Kudus. Pendopo, alun-alun, pabrik-pabrik dan pusat perekonomian berada di Kudus Wetan. Selain itu, pengaruh Belanda di Kudus Wetan juga sangat kuat dan menganggap Kudus Wetan merupakan tempat yang cocok dengan kehidupan dan tabiat orang-orang Belanda. Filsuf China pernah berpendapat tentang Yin dan Yang atau hitam dan putih, karena hidup senantiasa saling bertolak belakang maka di Kudus pun merepresentasikan itu yang mana Kudus Kulon sebagai sisi baiknya dan Kudus Wetan sebagai sisi buruknya.
Ketegangan antara masyarakat Kudus Kulon dan Kudus Wetan sempat terjadi namun pada akhirnya masayarakat Kudus Kulon menyadari politik dari Belanda itu hingga akhirnya masayarakat Kudus Kulon tidak terpengaruh dan terkesan menghiraukan politik devide et impera dari Belanda. Kini, Kudus Kulon dan Kudus Wetan hanyalah tinggal sejarah dan bersatu demi kemajuan Kudus yang lebih baik. Namun tidak dipungkiri bahwa hampir seluruh kebudayaan yang berkembang di Kudus dipengaruhi oleh budaya dari masayarakat Kudus Kulon karena memang budaya masayarakat Kudus Kulon sangat unik jika di banding budaya dari daerah lain. Keunikan itu terletak dari meresapnya seluruh nilai-nilai keislamaan ke dalam setiap sendi kehidupan masayarakat. Hingga lahirlah banyak budaya yang bernuansa islami seperti Dandangan, Buka Luwur, Grebeg Syawal dan lain sebagainya. Julukan Kudus sebagai Kota santri juga berawal dari Kudus Kulon. Struktur kota lama kudus juga sangat unik karena struktur kota lama Kudus terpengaruh oleh budaya stukutur kota islam. Apapun itu, kekayaan alam berupa hasil budaya maupun hasil alam patut kita lestarikan agar tidak hilang dan diakui oleh negara lain. Oke, lain kali aku mau cerita yang lain. Terimakasih sebelumnya telah membaca walaupun ada kata yang nggak jelas dan typo. Kurang lebihnya mohon maaf. Wassalamu’alaikum ~ Salam Anak Rebahan
Boleh Share dan Copas asalkan menyebutkan nama saya :)
Rudy Setyawan
http://rudyrs12.blogspot.com/2020/07/sejarah-singkat-kudus-part-1.html